Saturday 17 June 2017

KITAB IHYA ULUMUDDIN SEBAGAI PEMERSATU ; SEJARAH SELALU BERULANG :

Kajian yang jarang terjadi. Biasanya kan kalau topik ceramah itu membahas tentang hal-hal spiritual. Tapi kali ini tidak. Kajian shubuh Ramadhan tanggal 17 Juni 2017 ini berbeda. Ya, pak Ustadz Alwi Alatas, seorang sejarawan lebih membahas tentang perpecahan umat ketika masa Crusades (Perang Salib 1 dan 2) sekitar 10 abad lalu. 

Sebagai sejarawan ustadz Alwi Alatas menyatakan bahwa perpecahan umat dimana aksi saling mengkafirkan antarmazhab dan golongan pernah terjadi di masa tersebut. 

Dimasa itu, seorang Imam Alghazali menulis buku Ihya Ulumuddin dan menurut sejarawan dianggap sebagai faktor yang menengahi antarulama yang saling terpecah satu sama lain. 

Pak Alwi dengan gamblang menjelaskan bagaimana majunya ilmu kedokteran di masa tersebut dibandingkan dengan belahan barat yang masih mengeluarkan diagnosis adanya makhluk ghaib yang masuk pada pasien penyakit ayan. Dan bagaimana dokter dari barat melakukan penanganan medis terhadap pasien dengan cara yang mengerikan sehingga pasien bukannya sembuh malah mati!

Kitab Ihya Ulumuddin dianggap sebagai faktor pemersatu sehingga menghasilkan kaliber pemimpin seperti Shalahuddin Al Ayubi yang mampu menaklukkan Jerusalem, disegani lawan dan kawan dan dikenal dengan kasih sayangnya bahkan terhadap musuh sekalipun.

Ceritanya ada seorang perempuan yang ikut berperang di pihak barat. Pada suatu malam anaknya tidak ada di kamp dan dugaan sudah pasti diculik oleh pihak muslim kemungkinan suku baduy yang kerap menyerang dan bergerak bebas ke kantong-kantong pertahanan barat.

Besar kemungkinan ia diculik dan akan dijual ke pasar budak. Si ibu meminta kepada pasukannya untuk dicarikan anaknya. Tetapi tidak bisa karena kondisi tidak memungkinkan, pengepungan masih ada sehingga mustahil dilakukan pencarian. Lalu disarankan untuk meminta bantuan kepada pimpinan musuh (pasukan muslim) karena Shalahuddin dikenal sebagai pengasih dan murah hati. Si ibu menuruti saran tersebut. Setelah mengadukan masalahnya kepada Shalahudin maka disanggup untuk dicari. Diutuslah seorang tentara ke pasar yang diduga menjadi tempat penampungan jual beli itu. Tak sampai 1 jam anaknya sudah ketemu dan dibawa kembali ke ibunya. 

Setelah mengutarakan ilustrasi keadaan perang Salib di masa itu, kemudian beliau juga menjawab pertanyaan bagaimana kaitannya dengan kondisi umat saat ini. Banyak yang berharap bahwa kebangkitan kaum muslimin bisa diletakkan ke pundak Indonesia karena bangsa melayu belum pernah memimpin umat. Persia, Arab, Turki sudah. Tinggal kita. Pak Alwi sebenarnya ragu-ragu. Tetapi dengan melihat aksi 411 dan 212 kemarin itu, itu bukan karakteristik orang Indonesia. Orang Indonesia itu suka menyampah, tidak tertib dan riuh orangnya. Tetapi aksi kemarin itu berjalan tertib dan bersih. Itu bukan Indonesia banget. Makanya pak Alwi beranggapan bahwa ada perbaikan mendasar dan dapat diharapkan adanya perubahan itu dalam rangka mengemban amanat kaum muslim sedunia. 

Akan halnya ada pernyataan dari pertanyaan bahwa kitab Ihya Ulumuddin itu tidak berguna dan harus dibakar, pak Alwi dengan bijak menjawab apa yang sudah kita lakukan untuk umat sehingga hanya mengecam dan berkehendak membakar kitab ulama terdahulu. Mereka sudah lebih dulu ada dan sudah lahir sebelum kita. Kita yang baru mengerti ini sudah berbuat apa? apakah lantaran ada hadits dhoif. Itu kan bisa kita tinggalkan, tetapi kita wajib mengapresiasi kitab ulama terdahulu. Kalau penulis masa lampau itu, memiliki akidah yang benar, paham ilmu-ilmu agama secara keseluruhan dan tidak sepotong-sepotong seperti sekarang dan memiliki hati yang lurus (hanif). Apalagi menjadi rujukan ulama-ulama di masa itu sehingga berhasil membangkitkan kemenangan pada perang Salib 2.

Terakhir terhadap pertanyaan bagaimana kita melihat sejarah dikaitkan dengan kondisi masa kini dan bagaimana nasib umat Islam di masa yang akan datang. Pak Alwi menjawab bahwa kondisi saat ini mirip dengan masa perang Salib dimana umat terpecah-pecah dan saling menyalahkan satu sama lain. Untuk kedepannya kan ada periodisasi menurut nabi bahwa ada 5 periode antara lain periode kenabian, kekhalifahan, dan kini penguasa yang dzalim, dan nanti ada periode kebangkitan atau Imam Mahdi. Yang kita persiapkan adalah kita kembali ke hati kita masing-masing, kita perbaiki diri sendiri saja. Nanti juga akan terbuka jalan ke arah kegemilangan yang sudah merupakan takdir Alloh SWT.


Wallahualam Bishowab.

Sumber:
Kajian Shubuh 17 Juni 2017
Tempat : Masjid Baiturrahman Villa Nusa Indah 2 Bekasi
Pemateri: Ustadz Alwi Alatas




No comments:

Post a Comment